kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an
modern technology
BAB I
PENDAHULUAN[1]
A. Latar Belakang
Tafsir menurut bahasan
merupakan bentuk masdar dari fassara – yufassir – tafsiran yang berarti
menjelaskan sesuatu (bayan al-syai wa idlahuhu). Kata tafsir dapat juga
diartikan al-ibanah (menjelaskan makna yang masih samar) , al-kasyf
(menyingkapkan makna yang masih tersembunyi),
dan al-izh-har (menampakkan makna yang belum jelas). Dari
tinjauan makna bahasa tersebut, maka tafsir secara istilah dapat diartikan
sebagai suatu hasil pemahaman atau penjalasan seorang penafsir terhadap
al-Qur’an yang yang dilakukan dengan metode atau pendekatan tertentu.[2]
Sedangkan Syi’ah menurut
bahasa berarti penolong atau pengikut terutama pengikut dan pecinta Ali
bin Abi Thalib.[3]
Imam al-Fafairuz ‘Abady mengatakan : “Syi’ah seseorang adalah pengikut dan
pendukungnya. Dan kelompok pendukung ini bisa terdiri dari satu orang, dua
orang, atau lebih, laki-laki maupun perempuan. Pada umumnya nama “syi’ah”
dipergunakan bagi setiap dan semua orang yang menjadikan “Ali ra berikut
keluarganya sebagai pemimpin secara terus-menerus, sehingga nama Syi’ah itu
akhirnya khusus menjadi nama bagi mereka saja. Istilah Syi’ah pada mulanya
diterapkan bagi kumpulan orang yang senantiasa berhimpun di sekitar seorang
Nabi, wali atau seorang sahabat. [4]
Setelah
mengetahui penjelasan mengenai dua term yakni tafsir dan syi’ah maka dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang dinamakan dengan Tafsir Syi’ah adalah
tafsir al-Qur’an yang muncul dari golongan syiah dengan menggunakan metode atau
pendekatan tertentu yang mana dalam menafsirkan al-Qur’an, golongan syi’ah
tersebut lebih menekankan mengkaji pada
aspek batin al-Qur’an.
Dalam hal ini ada salah
satu kitab tafsir karya Abu Jafar Muhammad Ibnu Hassan at- Tusi yakni kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an, yang
mana dalam kitab tersebut lebih menekankan pada aspek ilmu ma’ani. Tentunya
kitab ini akan menarik untuk dikaji.
B. Rumusan Masalah
1.
Siapakah
sosok Abu Ja’far
Muhammad Ibnu Hassan at- Tusi pengarang kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an?
2.
Bagaimana Latar belakang, Sistematika
dan metodologi penulisan
kitab At-Tibyan
fi Tafsir al-Qur’an?
3.
Apa kelebihan
dan kekurangan kitab At-Tibyan
fi Tafsir al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal Sosok Pengarang Kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an
Syaikh Abu Ja‘far Ath-Thusi adalah seorang faqih besar, muhaddis kenamaan, dan
ilmuwan tersohor. Ia mendapat julukan Syaikhut Tha’ifah (Pembesar Mazhab
Syi‘ah). Nama lengkapnya adalah Abu Ja‘far Muhammad bin Hasan bin Ali
Ath-Thusi. Ia dilahirkan pada bulan Ramadhan 385 H. di kota Thus, Khurasan,
salah satu kota besar di Iran.
Ia
berhasil menamatkan tingkat permulaan pendidikan di tempat kelahirannya
sendiri. Pada tahun 408 Hijriah, ketika usianya masih dua puluh delapan tahun,
ia berhijrah ke Baghdad dan berdomisili di Irak hingga ia tutup usia. Setelah
gurunya, Sayid Murtadha Alamulhuda meninggal dunia, tampuk kepemimpinan ilmiah
dan fatwa mazhab Syi‘ah berpindah ke tangannya.
Ketenaran ilmu pengetahuan,
kezuhudan, takwa Syaikh Thusi melampaui garis perbatasan Irak dan sampai ke
seluruh penjuru dunia kala itu. Bahkan, ketenaran ini mampu menembus
tembok-tembok kokoh istana kekhalifahan dinasti Bani Abbasiah. Hal ini
menyebabkan Al-Qa’im bi Amrillah, salah seorang khalifah dari dinasti Bani
Abbasiah—bekerja sama dengan dinasti Al Buyeh—sepenuhnya menyerahkan kursi
pengajaran ilmu Teologi kepadanya. Pengajaran ilmu teologi biasanya
dilaksanakan di pusat kekhalifahan pada masa itu.
Mereka sangat mengagungkan
kursi yang satu ini, dan menyerahkan kursi tersebut kepada seorang ilmuwan
negara yang paling agung dan tersohor. Penyerahan kursi tersebut kepada Syaikh
Thusi mengindikasikan bahwa tidak ada ilmuwan lagi di seluruh penjuru Baghdad
dan negara Islam yang memiliki kelayakan untuk mendudukinya.
Setelah dinasti Al Buyeh
runtuh dan dinasti Saljuqi memerintah, kondisi kehidupan sosial masyarakat
berubah secara drastis. Gangguan dan pembunuhan massal terhadap para pengikut
mazhab Syi‘ah dimulai kembali. Karena tuntutan kondisi ini dan demi menjaga
jiwa dan mazhab, mereka terpaksa harus menjalani kehidupan sehari-hari dengan
bertaqiyah. Dengan penyerangan yang dilakukan oleh kaum fanatik terhadap
kerajaan dan pemuda-pemuda brandalan terhadap barisan pengikut Syi‘ah yang
sedang mengadakan acara aza’ atas syahadah Imam Husain as, pengadaan acara aza’
yang biasanya dilakukan oleh mereka berhenti total.
Dalam sebuah penyerangan
yang terjadi di bawah komando Menteri Abdul Malik, sangat banyak pengikut
mazhab Syi‘ah yang terbantai dan tidak sedikit rumah penduduk, toko,
pusat-pusat kajian ilmiah, dan perpustakaan-perpustakaan Syi‘ah yang dibakar
dan akhirnya dirampok.
Syaikh Thusi pun tidak
aman dari penggarongan dan pembakaran tersebut. Karena seperti telah disebutkan
di atas, Syaikh Thusi telah diserahi kursi pengajaran ilmu Teologi, dan
sebagian ulama yang menamakan dirinya sebagai pengikut mazhab Ahlusunah merasa
iri dengan kedudukan tersebut. Mereka sudah beberapa kali berusaha untuk
menggulingkan Syaikh dari kursi tersebut. Tetapi, mereka tidak behasil.
Kedengkian ini—pada akhirnya—berhasil mencapai tujuannya, dan beberapa orang
brandalan menyerang rumah kediaman Syaikh dan merampok segala isi yang ada di
dalamnya. Kursi pengajaran ilmu Teologi itu juga dibakar. Tidak ketinggalan
pula, perpustakaan pribadi yang dimiliki oleh Syaikh ikut termakan oleh jilatan
si jago merah. Padahal, perpustakaan itu adalah sebuah perpustakaan yang
terbesar dan terkemuka pada masa itu dan memuat berbagai buku asli hasil tulisan
tangan para ulama dan naskah Al-Qur’an yang telah ditulis dengan tinta emas
murni.
Setelah pembakaran
perpustakaan tersebut, orang-orang brandalan itu memasuki rumah Sayikh Thusi
dengan tujuan untuk membunuhnya. Akan tetapi, karena mereka tidak berhasil menemukannya,
seluruh buku dan bendera-bendera yang biasa digunakan dalam acara-acara aza’
yang masih tersisa dibawa ke tengah-tengah pasar dan kemudian dibakar di
hadapan khalayak ramai.
Setelah peristiwa
menyakitkan ini terjadi, Syaikh Thusi melarikan diri dari Baghdad dan menuju ke
Najaf Asyraf secara sembunyi-sembunyi. Pada masa itu, Najaf Asyraf adalah
sebuah kota yang hanya didiami oleh beberapa gelintir orang yang sangat
mencintai Amirul Mukminin Ali as. Setelah amarah para penyerang itu mulai reda,
Syaikh mendirikan sebuah hauzah ilmiah di Najaf Asyraf, dan setelah itu, hauzah
ini menjadi sebuah hauzah terbesar di kalangan para pengikut mazhab Syi‘ah. Dan
Syaikh Thusi meninggal dunia pada malam Senin, 22 Muharam 460 Hijriah dan
dikuburkan di Najaf Asyraf di rumahnya sendiri.
Guru-Guru Abu Ja’far
at-Thusi
Selama lima tahun, Syaikh
Thusi menimba ilmu dari Syaikh Mufid. Karena kecerdasannya yang luar biasa, ia
mendapatkan perhatian yang luar biasa dari gurunya itu. Atas dasar ini, ia
selalu hidup bersamanya sehingga Syaikh Mufid meninggal dunia pada tahun 413
Hijriah.
Setelah Syaikh Mufid
meninggal dunia, Sayid Murtadha, salah seorang murid kenamaannya betanggung
jawab atas pendidikan Syaikh Thusi dan Syaikh Thusi pun menimba ilmu darinya
selama waktu yang amat panjang. Karena Sayid Murtadha melihat kecerdasan dan
kelayakan yang sempurna pada dirinya, ia memberikan perhatian yang sangat
istimewa kepadanya dan memaksanya untuk memberikan kuliah di Baghdad. Sebagai
imbalan, Sayid Murtadha memberikan tunjangan 12 Dinar per bulan, sebuah angka
yang cukup besar pada masa itu. Setelah dua puluh tiga tahun Syaikh Mufid hidup
bersama Sayid Murtadha, Sayid Murtadha harus berpisah dengannya lantaran ia
wafat pada bulan Rabiulawal 436 H. di usia delapan puluh satu tahun.
Murud-Murid Abu Ja’far
at-Thusi
Seperti telah disinggung
di atas, setelah Sayid Murtadha meninggal dunia, kepemimpinan mazhab Syi‘ah
berpindah ke tangan Syaikh Thusi. Dengan demikian, rumahnya yang terletak di
daerah Karkh, Baghdad menjadi tempat menimba ilmu pengetahuan dan selalu
didatangi oleh ulama dan ilmuwan yang berdatangan dari berbagai penjuru dunia
Islam pada masa itu.
Para murid Syaikh Thusi
berjumlah tiga ratus orang, dan ratusan ulama dari pengikut mazhab Ahlusunah
juga pernah menimba ilmu darinya.
Karya-Karya
Ada beberapa karya yang
ditulis oleh beliau, diantaranya :
1. Abu al-Ahkam (koleksi hadis) Buku
ini adalah salah satu koleksi hadis Syi'ah otentik.
2. Al-Istibsar (koleksi hadis) Buku
ini juga di antara Syi'ah koleksi hadits otentik.
3. Al-Nihayah (dari Fikih Islam) buku
ini adalah buku teks dalam seminari yang berbeda selama bertahun-tahun.
4. Al-Mabsut: (dari Fikih Islam)
5. Al-Khilaf: (dari Fikih Islam)
6. iddat al-Ushul (prinsip
yurisprudensi)
7. Al-Rijal (pada mengetahui individu
tradisi telah diriwayatkan oleh untuk menentukan keaslian tradisi)
8. Al-Fehrist (koleksi buku dan nama
penulis 'di dunia Syi'ah)
9.Tamhid al-Ushul (dari Syi'ah
doctorin dan keyakinan)
10. Al-Tibyan Fi Tafsir al-Quran
11. Kitab al-Ghaybah (pada kegaiban
Imam Mahdi)
Komentar Para Ulama
Najasyi, seorang ulama
yang hidup sezaman dengan Syaikh Thusi berkomentar, “Abu Ja‘far Muhammad bin
Hasan bin Ali Ath-Thusi adalah salah seorang ulama yang agung, tsiqah, dan
murid guru kami, Abu Abdillah Al-Mufid yang tersohor.”
Allamah Sayid Bahrul
‘Ulûm, salah seorang tokoh mazhab Ja‘fariyah dan seorang ulama yang paling
bertakwa di dunia Islam berkata, “Muhammad bin Hasan Ath-Thusi adalah tokoh
mazhab Imamiah yang tersohor, pemegang bendera syariat Islam, dan imam mazhab
Syi‘ah setelah periode para imam ma‘shum as. Berkenaan dengan segala
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah agama, ia adalah orang yang dapat
dipercaya. Ia adalah ahli yang ulung dalam bidang Ushuluddin dan Furu‘uddin dan
peneliti yang handal dalam bidang ilmu rasional dan tekstual. Lebih dari itu,
ia adalah Syaikhut Tha’ifah kita dan pemimpin mazhab Syi‘ah secara mutlak.”
B. Latar
belakang penulisan kitab
Di dalam muqoddimahnya
imam Abu Jafar Muhammad Ibnu Hassan at- Tusi menulis dan memberikan pernyataan yang dimana salah satunya
adalah tentang alasan mengapa beliau menulis kitab tafsir. Yakni di latar
belakangi beliau tidak menemukan sama sekali dari sahabatnya baik orang yang
mendahului atau yang sejaman, dari menulis sebuah kitab yang memuat semua tafsir
qur’an tentang bidang ilmu ma’ani. Akan tetapi para ulama sebelum dan
sejamannya di dalam menulis tafsirnya hanya menuliskan hadis yang dimana tidak
di jelaskan tentang isi tafsir. Kemudian
beliau juga menemukan ulama tafsir yang menjelaskan tentang ilmu ma’ani akan
tetapi dalam pembahasannya ada yang panjang dan ringkas yang salah satunya di
pelopori oleh At-Thabarri. Dan juga ulama tafsir yang membahas tentang i’rab
dan tasrifnya al-qur’an yakni imam al-Zujjaj dan imam al-Farra, begitu juga
imam Mufaddal bin Salamah yang membahas ilmu lughat dalam al-Qur’an, selain itu
juga imam Abi Ali al-Zuba’i yang membahas tentang tafsir Kalam atau Akidah.
Kemudian imam Abu Jafar
Muhammad Ibnu Hassan at- Tusi memberikan pernyataan dengan kata Insya Allah
dalam kitab tafsirnya untuk menulis semua bidang yang beliau komentari dari
ulama tafsir dengan metode Ijaz (lafadnya sedikit artinya banyak) dan Ikhtishar
(lafadnya sedikit artinya sedikit). [6]
C. Metode Penulisan dan Sistematika Penyusunan
Kitab At-Tibyan
fi Tafsir al-Qur’an
1. Metode
Penulisan.
Ada beberapa metode penulisan pada
kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an, diantaranya :
a) Menuliskan nama
surat dan menjelaskan nama lain dari surat tersebut beserta sebab penamaannya.
b) Menuliskan ayat
setiap sebelum pembahasan.
c) Menjelaskan
tentang i’rab dari setiap ayat.
d) Menjelaskan
tentang qira’at pada setiap ayat ketika terdapat perbedaan dalam qira’at.
e) Menjelaskan
tentang lughot dari setiap ayat.
f) Menjelaskan
tentang makna alqur’an pada setiap ayat.
g) Terkadang
menjelaskan tentang penafsiran ayat.
2. Sistematika
Penulisan
Adapun sistematika kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an ini
dapat dipahami sebagai berikut;
Kitab
Tafsir al-Thusi ini tidak jauh dengan kitab-kitab tafsir lainnya yaitu dengan menuliskan
surat, ayat, kemudian penjelasan tafsir dari ayat yang akan dibahas. Dan
penulis dalam menulis dan mentafsiri surat dan ayat di mulai dari surat al-Fatihah
sampai surat al-Nas atau secara lengkap.
Kemudian mengenai tentang jilid dalam kitab tafsir ini, sementara yang
ditemukan berjumlah 10 jilid, cetakan: Ihya’ al-Turast al-Araby ,
Bairut, Lebanon. Akan tetapi dalam cetakan tersebut penerbit tidak menyebutkan
tahun dicetaknya. Maka lebih jelasnya bisa dilihat tabel dibawah:
Jilid
|
Nama Surat
|
Ayat
|
Satu (I)
|
Al-Fatihah
Al-Baqarah
|
1-7
1-141
|
Dua (II)
|
Al-Baqarah
Ali Imran
|
142-286
1-138
|
Tiga (III)
|
Ali Imran
An-Nisa
Al-Maidah
|
141-200
1-176
1-85
|
Empat (IV)
|
Al-Maidah
Al-An’am
Al-A’raf
|
86-120
1-165
1-156
|
Lima (V)
|
Al-A’raf
Al-Anfal
At- Taubah
Yunus
Hud
|
157-206
1-75
1-129
1-109
1-49
|
Enam (VI)
|
Hud
Yusuf
Ar-Ra’d
Ibrahim
Al-Hijr
An-Nahl
Al-Isra
|
50-123
1-111
1-45
1-52
1-99
1-128
1-111
|
Tujuh (VII)
|
Al-Kahfi
Maryam
Thaha
Al-Anbiya
Al-Hajj
Al-Mu’minun
An-Nur
Al-Furqon
|
1-110
1-98
1-135
1-112
1-78
1-118
1-64
1-77
|
Delapan
(VIII)
|
Asy-Syu’ara
An-Naml
Al-Qashash
Al-Ankabut
Ar-Rum
Luqman
As-Sajdah
Al-Ahzab
Saba’
Fathir
Yasin
Ash-Shaffat
Shad
|
1-227
1-93
1-88
1-63
1-60
1-34
1-30
1-73
1-54
1-45
1-83
1-182
1-88
|
Sembilan
(IX)
|
Az-Zumar
Al-Mu’min
Fushilat
Asy-Syura
Az-Zuhruf
Ad-Dukhon
Al-Jatsiyah
Al-Ahqaf
Muhammad
Al-Fath
Al-Hujurat
Qhaf
Adz-dzariyat
At-Thur
An-Najm
Al-Qomar
Ar-Rahman
Al-Waqi’ah
Al-Hadid
Al-Mujadalah
Al-Hashr
Al-Mumtahana
As-Shaf
|
1-75
1-85
1-54
1-53
1-89
1-59
1-37
1-35
1-38
1-29
1-18
1-45
1-60
1-49
1-62
1-55
1-78
1-96
1-29
1-22
1-24
1-13
1-14
|
Sepuluh (X)
|
Al-Jumu’ah
Al-Munafiqun
At-Taghabun
At-Talaq
At-Tahrim
Al-Mulk
Al-Qalam
Al-Haqqah
Al-Ma’arij
Nuh
Al-Jin
Al-Muzzammil
Al-Mudatsir
Al-Qiyamah
Al-Insan
Al-Mursalat
An-Naba
An-Nazi’at
‘Abasa
At-Takwir
Al-Infitar
Al-Muthaffifin
Al-Inshiqaq
Al-Buruj
At-Thariq
Al-A’la
Al-Ghasiyah
Al-Fajr
Al-Balad
As-Syams
Al-Lail
Ad-Dhuha
Al-Sharh
At-Tin
Al-Alaq
Al-Qodar
Al-Bayyinah
Az-Zalzalah
Al-Adiyat
Al-Qari’ah
At-Takatsur
Al-Asr
Al-Humazah
Al-Fil
Qurays
Al-Ma’un
Al-Kautsar
Al-Kafirun
Al-Nasr
Al-Lahab
Al-Ikhlas
Al-Falaq
An-Nas
|
1-11
1-11
1-18
1-12
1-12
1-30
1-52
1-52
1-44
1-28
1-28
1-20
1-56
1-40
1-31
1-50
1-40
1-46
1-42
1-29
1-19
1-36
1-25
1-22
1-17
1-19
1-26
1-30
1-20
1-15
1-21
1-11
1-8
1-8
1-19
1-5
1-8
1-8
1-11
1-11
1-8
1-3
1-9
1-5
1-4
1-7
1-3
1-6
1-3
1-5
1-4
1-5
1-6
|
D. Kelebihan dan Kekurangan
Tidak bisa dipungkiri bahwa At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an adalah
salah satu kontribusi penting dalam dunia Islam, khususnya dalam bidang
keilmuan tafsir syi’ah.
Namun, layaknya karya-karya penting pada umumnya, dan pastilah ada kekurangan dan kelebihan dari karya
tersebut.
Secara
umum ada satu kelebihan yang bisa kita ambil dari kitab tafsir ini yakni dengan
menggunakan metode takwil, kelompok syiah lebih cocern kepada makna batin
al-Qur’an. Walaupun harus diperhatikan, bahwa banyak takwil mereka yang
cenderung aragon. Hal ini berbeda dengan metode tafsir yang berkembang di dunia
sunni, yang cenderung literal dan skriptualis. Sehingga penafsiran al-Qur’an di
dunia sunni kurang memperhatikan aspek batin (esoteris) al-Qur’an, yang
merupakan pesan al-Qur’an yang sebenarnya.[7]
Adapun
kekurangan tafsir ini, seperti yang di jelaskan di atas, penggunaan metode
takwil yang mereka pakai hanya didasarkan pada kepentingan mereka mencari
justifikasi untuk mendukung pandangan madzhabnya. Akibatnya, makna al-Qur’an
sering mereka selewengkan demi kepentinganmadzhab mereka. Sehingga, alih-alih
mereka mencari makna batin al-Qur’an, malah makna al-Qur’an mereka selewengkan
begitu jauh.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Tibyan
Fi Tafsir al-Qur'an adalah kitab tafsir yang komprehensif dari Al-Qur'an, yang
mencakup semua aspek ilmu Alquran seperti yang kita kenal. Ini ditulis oleh
Muhammad b. Hasan al-Tusi, umumnya dikenal sebagai al-Syaikh al-Tusi. Penulisan
kitab ini di latar belakangi beliau tidak menemukan sama sekali dari sahabatnya
baik orang yang mendahului atau yang sejaman, dari menulis sebuah kitab yang
memuat semua tafsir qur’an tentang bidang ilmu ma’ani.
Metode
yang digunakan dalam penyusunan kitab ini yaitu Menuliskan nama surat dan nama
lain dari surat tersebut beserta sebab penamaannya. Menuliskan ayat setiap
sebelum pembahasan. Menjelaskan tentang i’rab dari setiap ayat. Menjelaskan
tentang qira’at pada setiap ayat ketika terdapat perbedaan dalam
qira’at.Menjelaskan tentang lughot dari setiap ayat. Menjelaskan tentang makna
alqur’an pada setiap ayat. Terkadang menjelaskan tentang penafsiran ayat. Sedangkan
sistematikanya tidak jauh berbeda dengan kitab-kitab tafsir lainnya yaitu
dengan menuliskan surat, ayat, kemudian penjelasan tafsir dari ayat yang akan
dibahas.
B. Kritik dan Saran
Sebagaiman kita ketahui bersama, bahwa setiap apa yang dilakukan oleh
manusia tidak pernah luput dari salah dan lupa, begitu pula dengan penyusunan
makalah ini. Pemakalah meyakini dan menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu sudi kiranya
kepada para pembaca sekalian untuk dapat memberikan kritik dan sarannya yang
bersifat konstruktif karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Demikian makalah ini
disusun, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita dalam mengetahui
kitab At-Tibyan fi
Tafsir al-Qur’an serta dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Jafar Muhammad Ibnu Hassan at-
tusi, At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an, Bairut,
Lebanon : Ihya’ al-Turast
al-Araby.
Aceh, Abubakar Perbandingan Madzab
Syi’ah. Semarang: C.V Ramadhani, 1972.
Anwar, Rosihon. Samudera al-Quran,(Bandung
: CV Pustaka Setia, 200.
Faudah, Mahmud Basuni Tafsir-tafsir
Alqur’an Perkenalan dengan Metodologi
Tafsir. Bandung: Penerbit Pustaka, 1987.
Mustaqim, Abdul Dinamika Sejarah
Tafsir al-Qur’an. Yogyakarta: Pondok
Pesantren LSQ
Ar-Rahmah, 2012.
http://www.alhassanain.com/indonesian/articles/articles/history_library/islamic_personalities/abu_jafar/001.html. Diakses pada hari minggu pukul
22:38 WIB, Tanggal 10 oktober 2015.
[1]
Disusun oleh : Azkiya khikmatiar, Mulyadi, Fathur Romdhoni.
[2]
Abdul Mustaqim. Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an. (Yogyakarta: Pondok
Pesantren LSQ Ar-Rahmah, 2012) hal. 3
[3]
Abubakar Aceh. Perbandingan Madzab Syi’ah. (Searang: C.V Ramadhani,
1972) hal. 10
[4]
Mahmud Basuni Faudah. Tafsir-tafsir Alqur’an Perkenalan dengan Metodologi
Tafsir. (Bandung: Penerbit Pustaka, 1987) hal. 119
[5]http://www.alhassanain.com/indonesian/articles/articles/history_library/islamic_personalities/abu_jafar/001.html.
Diakses pada hari minggu pukul 22:38 WIB, Tanggal 10 oktober 2015.
[6] Abu Jafar Muhammad Ibnu
Hassan at- tusi, At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an, (Bairut, Lebanon : Ihya’
al-Turast al-Araby) hal. 74
[7]
Drs. Rosihon Anwar, M. Ag. Samudera al-Quran,(Bandung : CV Pustaka
Setia, 2001) hlm . 209
Comments