kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an

modern technology


BAB I
PENDAHULUAN[1]

A.    Latar Belakang
Tafsir menurut bahasan merupakan bentuk masdar dari fassara – yufassir – tafsiran yang berarti menjelaskan sesuatu (bayan al-syai wa idlahuhu). Kata tafsir dapat juga diartikan al-ibanah (menjelaskan makna yang masih samar) , al-kasyf (menyingkapkan makna yang masih tersembunyi),  dan al-izh-har (menampakkan makna yang belum jelas). Dari tinjauan makna bahasa tersebut, maka tafsir secara istilah dapat diartikan sebagai suatu hasil pemahaman atau penjalasan seorang penafsir terhadap al-Qur’an yang yang dilakukan dengan metode atau pendekatan tertentu.[2]
Sedangkan Syi’ah menurut bahasa berarti penolong atau pengikut terutama pengikut dan pecinta Ali bin Abi Thalib.[3] Imam al-Fafairuz ‘Abady mengatakan : “Syi’ah seseorang adalah pengikut dan pendukungnya. Dan kelompok pendukung ini bisa terdiri dari satu orang, dua orang, atau lebih, laki-laki maupun perempuan. Pada umumnya nama “syi’ah” dipergunakan bagi setiap dan semua orang yang menjadikan “Ali ra berikut keluarganya sebagai pemimpin secara terus-menerus, sehingga nama Syi’ah itu akhirnya khusus menjadi nama bagi mereka saja. Istilah Syi’ah pada mulanya diterapkan bagi kumpulan orang yang senantiasa berhimpun di sekitar seorang Nabi, wali atau seorang sahabat. [4]
            Setelah mengetahui penjelasan mengenai dua term yakni tafsir dan syi’ah maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang dinamakan dengan Tafsir Syi’ah adalah tafsir al-Qur’an yang muncul dari golongan syiah dengan menggunakan metode atau pendekatan tertentu yang mana dalam menafsirkan al-Qur’an, golongan syi’ah tersebut  lebih menekankan mengkaji pada aspek batin  al-Qur’an.
Dalam hal ini ada salah satu kitab tafsir karya Abu Jafar Muhammad Ibnu Hassan at- Tusi yakni  kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an, yang mana dalam kitab tersebut lebih menekankan pada aspek ilmu ma’ani. Tentunya kitab ini akan menarik untuk dikaji.

B.     Rumusan Masalah
1.         Siapakah sosok Abu Ja’far Muhammad Ibnu Hassan at- Tusi pengarang kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an?
2.         Bagaimana Latar belakang, Sistematika dan metodologi penulisan kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an?
3.         Apa kelebihan dan kekurangan kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Mengenal Sosok Pengarang Kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an
Biografi Syaikh Abu Ja‘far Ath-Thusi (385 – 460 H.)[5]
Syaikh Abu Ja‘far Ath-Thusi adalah seorang faqih besar, muhaddis kenamaan, dan ilmuwan tersohor. Ia mendapat julukan Syaikhut Tha’ifah (Pembesar Mazhab Syi‘ah). Nama lengkapnya adalah Abu Ja‘far Muhammad bin Hasan bin Ali Ath-Thusi. Ia dilahirkan pada bulan Ramadhan 385 H. di kota Thus, Khurasan, salah satu kota besar di Iran.
            Ia berhasil menamatkan tingkat permulaan pendidikan di tempat kelahirannya sendiri. Pada tahun 408 Hijriah, ketika usianya masih dua puluh delapan tahun, ia berhijrah ke Baghdad dan berdomisili di Irak hingga ia tutup usia. Setelah gurunya, Sayid Murtadha Alamulhuda meninggal dunia, tampuk kepemimpinan ilmiah dan fatwa mazhab Syi‘ah berpindah ke tangannya.
Ketenaran ilmu pengetahuan, kezuhudan, takwa Syaikh Thusi melampaui garis perbatasan Irak dan sampai ke seluruh penjuru dunia kala itu. Bahkan, ketenaran ini mampu menembus tembok-tembok kokoh istana kekhalifahan dinasti Bani Abbasiah. Hal ini menyebabkan Al-Qa’im bi Amrillah, salah seorang khalifah dari dinasti Bani Abbasiah—bekerja sama dengan dinasti Al Buyeh—sepenuhnya menyerahkan kursi pengajaran ilmu Teologi kepadanya. Pengajaran ilmu teologi biasanya dilaksanakan di pusat kekhalifahan pada masa itu.
Mereka sangat mengagungkan kursi yang satu ini, dan menyerahkan kursi tersebut kepada seorang ilmuwan negara yang paling agung dan tersohor. Penyerahan kursi tersebut kepada Syaikh Thusi mengindikasikan bahwa tidak ada ilmuwan lagi di seluruh penjuru Baghdad dan negara Islam yang memiliki kelayakan untuk mendudukinya.
Setelah dinasti Al Buyeh runtuh dan dinasti Saljuqi memerintah, kondisi kehidupan sosial masyarakat berubah secara drastis. Gangguan dan pembunuhan massal terhadap para pengikut mazhab Syi‘ah dimulai kembali. Karena tuntutan kondisi ini dan demi menjaga jiwa dan mazhab, mereka terpaksa harus menjalani kehidupan sehari-hari dengan bertaqiyah. Dengan penyerangan yang dilakukan oleh kaum fanatik terhadap kerajaan dan pemuda-pemuda brandalan terhadap barisan pengikut Syi‘ah yang sedang mengadakan acara aza’ atas syahadah Imam Husain as, pengadaan acara aza’ yang biasanya dilakukan oleh mereka berhenti total.
Dalam sebuah penyerangan yang terjadi di bawah komando Menteri Abdul Malik, sangat banyak pengikut mazhab Syi‘ah yang terbantai dan tidak sedikit rumah penduduk, toko, pusat-pusat kajian ilmiah, dan perpustakaan-perpustakaan Syi‘ah yang dibakar dan akhirnya dirampok.
Syaikh Thusi pun tidak aman dari penggarongan dan pembakaran tersebut. Karena seperti telah disebutkan di atas, Syaikh Thusi telah diserahi kursi pengajaran ilmu Teologi, dan sebagian ulama yang menamakan dirinya sebagai pengikut mazhab Ahlusunah merasa iri dengan kedudukan tersebut. Mereka sudah beberapa kali berusaha untuk menggulingkan Syaikh dari kursi tersebut. Tetapi, mereka tidak behasil. Kedengkian ini—pada akhirnya—berhasil mencapai tujuannya, dan beberapa orang brandalan menyerang rumah kediaman Syaikh dan merampok segala isi yang ada di dalamnya. Kursi pengajaran ilmu Teologi itu juga dibakar. Tidak ketinggalan pula, perpustakaan pribadi yang dimiliki oleh Syaikh ikut termakan oleh jilatan si jago merah. Padahal, perpustakaan itu adalah sebuah perpustakaan yang terbesar dan terkemuka pada masa itu dan memuat berbagai buku asli hasil tulisan tangan para ulama dan naskah Al-Qur’an yang telah ditulis dengan tinta emas murni.
Setelah pembakaran perpustakaan tersebut, orang-orang brandalan itu memasuki rumah Sayikh Thusi dengan tujuan untuk membunuhnya. Akan tetapi, karena mereka tidak berhasil menemukannya, seluruh buku dan bendera-bendera yang biasa digunakan dalam acara-acara aza’ yang masih tersisa dibawa ke tengah-tengah pasar dan kemudian dibakar di hadapan khalayak ramai.
Setelah peristiwa menyakitkan ini terjadi, Syaikh Thusi melarikan diri dari Baghdad dan menuju ke Najaf Asyraf secara sembunyi-sembunyi. Pada masa itu, Najaf Asyraf adalah sebuah kota yang hanya didiami oleh beberapa gelintir orang yang sangat mencintai Amirul Mukminin Ali as. Setelah amarah para penyerang itu mulai reda, Syaikh mendirikan sebuah hauzah ilmiah di Najaf Asyraf, dan setelah itu, hauzah ini menjadi sebuah hauzah terbesar di kalangan para pengikut mazhab Syi‘ah. Dan Syaikh Thusi meninggal dunia pada malam Senin, 22 Muharam 460 Hijriah dan dikuburkan di Najaf Asyraf di rumahnya sendiri.
Guru-Guru Abu Ja’far at-Thusi
Selama lima tahun, Syaikh Thusi menimba ilmu dari Syaikh Mufid. Karena kecerdasannya yang luar biasa, ia mendapatkan perhatian yang luar biasa dari gurunya itu. Atas dasar ini, ia selalu hidup bersamanya sehingga Syaikh Mufid meninggal dunia pada tahun 413 Hijriah.
Setelah Syaikh Mufid meninggal dunia, Sayid Murtadha, salah seorang murid kenamaannya betanggung jawab atas pendidikan Syaikh Thusi dan Syaikh Thusi pun menimba ilmu darinya selama waktu yang amat panjang. Karena Sayid Murtadha melihat kecerdasan dan kelayakan yang sempurna pada dirinya, ia memberikan perhatian yang sangat istimewa kepadanya dan memaksanya untuk memberikan kuliah di Baghdad. Sebagai imbalan, Sayid Murtadha memberikan tunjangan 12 Dinar per bulan, sebuah angka yang cukup besar pada masa itu. Setelah dua puluh tiga tahun Syaikh Mufid hidup bersama Sayid Murtadha, Sayid Murtadha harus berpisah dengannya lantaran ia wafat pada bulan Rabiulawal 436 H. di usia delapan puluh satu tahun.
Murud-Murid Abu Ja’far at-Thusi
Seperti telah disinggung di atas, setelah Sayid Murtadha meninggal dunia, kepemimpinan mazhab Syi‘ah berpindah ke tangan Syaikh Thusi. Dengan demikian, rumahnya yang terletak di daerah Karkh, Baghdad menjadi tempat menimba ilmu pengetahuan dan selalu didatangi oleh ulama dan ilmuwan yang berdatangan dari berbagai penjuru dunia Islam pada masa itu.
Para murid Syaikh Thusi berjumlah tiga ratus orang, dan ratusan ulama dari pengikut mazhab Ahlusunah juga pernah menimba ilmu darinya.
Karya-Karya
Ada beberapa karya yang ditulis oleh beliau, diantaranya :
1. Abu al-Ahkam (koleksi hadis) Buku ini adalah salah satu koleksi hadis Syi'ah otentik.
2. Al-Istibsar (koleksi hadis) Buku ini juga di antara Syi'ah koleksi hadits otentik.
3. Al-Nihayah (dari Fikih Islam) buku ini adalah buku teks dalam seminari yang berbeda selama bertahun-tahun.
4. Al-Mabsut: (dari Fikih Islam)
5. Al-Khilaf: (dari Fikih Islam)
6. iddat al-Ushul (prinsip yurisprudensi)
7. Al-Rijal (pada mengetahui individu tradisi telah diriwayatkan oleh untuk menentukan keaslian tradisi)
8. Al-Fehrist (koleksi buku dan nama penulis 'di dunia Syi'ah)
9.Tamhid al-Ushul (dari Syi'ah doctorin dan keyakinan)
10. Al-Tibyan Fi Tafsir al-Quran
11. Kitab al-Ghaybah (pada kegaiban Imam Mahdi)


Komentar Para Ulama
Najasyi, seorang ulama yang hidup sezaman dengan Syaikh Thusi berkomentar, “Abu Ja‘far Muhammad bin Hasan bin Ali Ath-Thusi adalah salah seorang ulama yang agung, tsiqah, dan murid guru kami, Abu Abdillah Al-Mufid yang tersohor.”
Allamah Sayid Bahrul ‘Ulûm, salah seorang tokoh mazhab Ja‘fariyah dan seorang ulama yang paling bertakwa di dunia Islam berkata, “Muhammad bin Hasan Ath-Thusi adalah tokoh mazhab Imamiah yang tersohor, pemegang bendera syariat Islam, dan imam mazhab Syi‘ah setelah periode para imam ma‘shum as. Berkenaan dengan segala pengetahuan yang berhubungan dengan masalah agama, ia adalah orang yang dapat dipercaya. Ia adalah ahli yang ulung dalam bidang Ushuluddin dan Furu‘uddin dan peneliti yang handal dalam bidang ilmu rasional dan tekstual. Lebih dari itu, ia adalah Syaikhut Tha’ifah kita dan pemimpin mazhab Syi‘ah secara mutlak.”
B.     Latar belakang penulisan kitab
Di dalam muqoddimahnya imam Abu Jafar Muhammad Ibnu Hassan at- Tusi menulis dan memberikan pernyataan yang dimana salah satunya adalah tentang alasan mengapa beliau menulis kitab tafsir. Yakni di latar belakangi beliau tidak menemukan sama sekali dari sahabatnya baik orang yang mendahului atau yang sejaman, dari menulis sebuah kitab yang memuat semua tafsir qur’an tentang bidang ilmu ma’ani. Akan tetapi para ulama sebelum dan sejamannya di dalam menulis tafsirnya hanya menuliskan hadis yang dimana tidak di jelaskan tentang  isi tafsir. Kemudian beliau juga menemukan ulama tafsir yang menjelaskan tentang ilmu ma’ani akan tetapi dalam pembahasannya ada yang panjang dan ringkas yang salah satunya di pelopori oleh At-Thabarri. Dan juga ulama tafsir yang membahas tentang i’rab dan tasrifnya al-qur’an yakni imam al-Zujjaj dan imam al-Farra, begitu juga imam Mufaddal bin Salamah yang membahas ilmu lughat dalam al-Qur’an, selain itu juga imam Abi Ali al-Zuba’i yang membahas tentang tafsir Kalam atau Akidah.
Kemudian imam Abu Jafar Muhammad Ibnu Hassan at- Tusi memberikan pernyataan dengan kata Insya Allah dalam kitab tafsirnya untuk menulis semua bidang yang beliau komentari dari ulama tafsir dengan metode Ijaz (lafadnya sedikit artinya banyak) dan Ikhtishar (lafadnya sedikit artinya sedikit). [6]
C.    Metode Penulisan dan Sistematika Penyusunan Kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an
1.      Metode Penulisan.
Ada beberapa metode penulisan pada kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an, diantaranya :
a)      Menuliskan nama surat dan menjelaskan nama lain dari surat tersebut beserta sebab penamaannya.



b)      Menuliskan ayat setiap sebelum pembahasan.
c)      Menjelaskan tentang i’rab dari setiap ayat.
d)     Menjelaskan tentang qira’at pada setiap ayat ketika terdapat perbedaan dalam qira’at.

e)      Menjelaskan tentang lughot dari setiap ayat.
f)       Menjelaskan tentang makna alqur’an pada setiap ayat.
g)      Terkadang menjelaskan tentang penafsiran ayat.
2.      Sistematika Penulisan
Adapun sistematika kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an ini dapat dipahami sebagai berikut;
Kitab Tafsir al-Thusi ini tidak jauh dengan kitab-kitab tafsir lainnya yaitu dengan menuliskan surat, ayat, kemudian penjelasan tafsir dari ayat yang akan dibahas. Dan penulis dalam menulis dan mentafsiri surat dan ayat di mulai dari surat al-Fatihah sampai surat al-Nas atau secara lengkap.  Kemudian mengenai tentang jilid dalam kitab tafsir ini, sementara yang ditemukan berjumlah 10 jilid, cetakan: Ihya’ al-Turast al-Araby , Bairut, Lebanon. Akan tetapi dalam cetakan tersebut penerbit tidak menyebutkan tahun dicetaknya. Maka lebih jelasnya bisa dilihat tabel dibawah:
Jilid
Nama Surat
Ayat
Satu (I)
Al-Fatihah
Al-Baqarah
1-7
1-141
Dua (II)
Al-Baqarah
Ali Imran
142-286
1-138
Tiga (III)
Ali Imran
An-Nisa
Al-Maidah
141-200
1-176
1-85
Empat (IV)
Al-Maidah
Al-An’am
Al-A’raf
86-120
1-165
1-156
Lima (V)
Al-A’raf
Al-Anfal
At- Taubah
Yunus
Hud
157-206
1-75
1-129
1-109
1-49
Enam (VI)
Hud
Yusuf
Ar-Ra’d
Ibrahim
Al-Hijr
An-Nahl
Al-Isra
50-123
1-111
1-45
1-52
1-99
1-128
1-111
Tujuh (VII)
Al-Kahfi
Maryam
Thaha
Al-Anbiya
Al-Hajj
Al-Mu’minun
An-Nur
Al-Furqon

1-110
1-98
1-135
1-112
1-78
1-118
1-64
1-77
Delapan (VIII)
Asy-Syu’ara
An-Naml
Al-Qashash
Al-Ankabut
Ar-Rum
Luqman
As-Sajdah
Al-Ahzab
Saba’
Fathir
Yasin
Ash-Shaffat
Shad
1-227
1-93
1-88
1-63
1-60
1-34
1-30
1-73
1-54
1-45
1-83
1-182
1-88
Sembilan (IX)
Az-Zumar
Al-Mu’min
Fushilat
Asy-Syura
Az-Zuhruf
Ad-Dukhon
Al-Jatsiyah
Al-Ahqaf
Muhammad
Al-Fath
Al-Hujurat
Qhaf
Adz-dzariyat
At-Thur
An-Najm
Al-Qomar
Ar-Rahman
Al-Waqi’ah
Al-Hadid
Al-Mujadalah
Al-Hashr
Al-Mumtahana
As-Shaf
1-75
1-85
1-54
1-53
1-89
1-59
1-37
1-35
1-38
1-29
1-18
1-45
1-60
1-49
1-62
1-55
1-78
1-96
1-29
1-22
1-24
1-13
1-14
Sepuluh (X)
Al-Jumu’ah
Al-Munafiqun
At-Taghabun
At-Talaq
At-Tahrim
Al-Mulk
Al-Qalam
Al-Haqqah
Al-Ma’arij
Nuh
Al-Jin
Al-Muzzammil
Al-Mudatsir
Al-Qiyamah
Al-Insan
Al-Mursalat
An-Naba
An-Nazi’at
‘Abasa
At-Takwir
Al-Infitar
Al-Muthaffifin
Al-Inshiqaq
Al-Buruj
At-Thariq
Al-A’la
Al-Ghasiyah
Al-Fajr
Al-Balad
As-Syams
Al-Lail
Ad-Dhuha
Al-Sharh
At-Tin
Al-Alaq
Al-Qodar
Al-Bayyinah
Az-Zalzalah
Al-Adiyat
Al-Qari’ah
At-Takatsur
Al-Asr
Al-Humazah
Al-Fil
Qurays
Al-Ma’un
Al-Kautsar
Al-Kafirun
Al-Nasr
Al-Lahab
Al-Ikhlas
Al-Falaq
An-Nas
1-11
1-11
1-18
1-12
1-12
1-30
1-52
1-52
1-44
1-28
1-28
1-20
1-56
1-40
1-31
1-50
1-40
1-46
1-42
1-29
1-19
1-36
1-25
1-22
1-17
1-19
1-26
1-30
1-20
1-15
1-21
1-11
1-8
1-8
1-19
1-5
1-8
1-8
1-11
1-11
1-8
1-3
1-9
1-5
1-4
1-7
1-3
1-6
1-3
1-5
1-4
1-5
1-6

D.    Kelebihan dan Kekurangan
Tidak bisa dipungkiri bahwa At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an adalah salah satu kontribusi penting dalam dunia Islam, khususnya dalam bidang keilmuan tafsir syi’ah. Namun, layaknya karya-karya penting pada umumnya, dan pastilah ada kekurangan dan kelebihan dari karya tersebut.
Secara umum ada satu kelebihan yang bisa kita ambil dari kitab tafsir ini yakni dengan menggunakan metode takwil, kelompok syiah lebih cocern kepada makna batin al-Qur’an. Walaupun harus diperhatikan, bahwa banyak takwil mereka yang cenderung aragon. Hal ini berbeda dengan metode tafsir yang berkembang di dunia sunni, yang cenderung literal dan skriptualis. Sehingga penafsiran al-Qur’an di dunia sunni kurang memperhatikan aspek batin (esoteris) al-Qur’an, yang merupakan pesan al-Qur’an yang sebenarnya.[7]
Adapun kekurangan tafsir ini, seperti yang di jelaskan di atas, penggunaan metode takwil yang mereka pakai hanya didasarkan pada kepentingan mereka mencari justifikasi untuk mendukung pandangan madzhabnya. Akibatnya, makna al-Qur’an sering mereka selewengkan demi kepentinganmadzhab mereka. Sehingga, alih-alih mereka mencari makna batin al-Qur’an, malah makna al-Qur’an mereka selewengkan begitu jauh.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Al-Tibyan Fi Tafsir al-Qur'an adalah kitab tafsir yang komprehensif dari Al-Qur'an, yang mencakup semua aspek ilmu Alquran seperti yang kita kenal. Ini ditulis oleh Muhammad b. Hasan al-Tusi, umumnya dikenal sebagai al-Syaikh al-Tusi. Penulisan kitab ini di latar belakangi beliau tidak menemukan sama sekali dari sahabatnya baik orang yang mendahului atau yang sejaman, dari menulis sebuah kitab yang memuat semua tafsir qur’an tentang bidang ilmu ma’ani.
Metode yang digunakan dalam penyusunan kitab ini yaitu Menuliskan nama surat dan nama lain dari surat tersebut beserta sebab penamaannya. Menuliskan ayat setiap sebelum pembahasan. Menjelaskan tentang i’rab dari setiap ayat. Menjelaskan tentang qira’at pada setiap ayat ketika terdapat perbedaan dalam qira’at.Menjelaskan tentang lughot dari setiap ayat. Menjelaskan tentang makna alqur’an pada setiap ayat. Terkadang menjelaskan tentang penafsiran ayat. Sedangkan sistematikanya tidak jauh berbeda dengan kitab-kitab tafsir lainnya yaitu dengan menuliskan surat, ayat, kemudian penjelasan tafsir dari ayat yang akan dibahas.
B.     Kritik dan Saran
Sebagaiman kita ketahui bersama, bahwa setiap apa yang dilakukan oleh manusia tidak pernah luput dari salah dan lupa, begitu pula dengan penyusunan makalah ini. Pemakalah meyakini dan menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu sudi kiranya kepada para pembaca sekalian untuk dapat memberikan kritik dan sarannya yang bersifat konstruktif karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Demikian  makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita dalam mengetahui kitab At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an serta dapat digunakan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Jafar Muhammad Ibnu Hassan at- tusi, At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an, Bairut,
Lebanon : Ihya’ al-Turast al-Araby.
Aceh, Abubakar Perbandingan Madzab Syi’ah. Semarang: C.V Ramadhani, 1972.
Anwar, Rosihon. Samudera al-Quran,(Bandung : CV Pustaka Setia, 200.
Faudah, Mahmud Basuni Tafsir-tafsir Alqur’an Perkenalan dengan Metodologi
Tafsir. Bandung: Penerbit Pustaka, 1987.
Mustaqim, Abdul Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an. Yogyakarta: Pondok
Pesantren LSQ Ar-Rahmah, 2012.



[1] Disusun oleh : Azkiya khikmatiar, Mulyadi, Fathur Romdhoni.
[2] Abdul Mustaqim. Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an. (Yogyakarta: Pondok Pesantren LSQ Ar-Rahmah, 2012) hal. 3
[3] Abubakar Aceh. Perbandingan Madzab Syi’ah. (Searang: C.V Ramadhani, 1972) hal. 10
[4] Mahmud Basuni Faudah. Tafsir-tafsir Alqur’an Perkenalan dengan Metodologi Tafsir. (Bandung: Penerbit Pustaka, 1987) hal. 119
[6] Abu Jafar Muhammad Ibnu Hassan at- tusi, At-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an, (Bairut, Lebanon : Ihya’ al-Turast al-Araby) hal. 74
[7] Drs. Rosihon Anwar, M. Ag. Samudera al-Quran,(Bandung : CV Pustaka Setia, 2001) hlm . 209

Comments

Popular posts from this blog

manuskrip masa bani umayyah